Pernah gak sih, niatnya cuma buka e-commerce buat “lihat-lihat doang”, eh tau-tau udah check out tiga barang? Atau pas lagi stres, capek kerja, tiba-tiba ngerasa lebih baik setelah klik “bayar sekarang”? Nah, itu yang disebut perilaku impulsive buying, dan yes kita semua mungkin pernah ngalamin!
Buat banyak orang, terutama Gen Z dan milenial yang hidupnya gak jauh dari layar HP dan notifikasi diskon, belanja sering banget jadi coping mechanism. Rasanya menyenangkan di awal, seolah-olah bisa “sembuh” dari hari yang berat hanya dengan satu paket yang dikirim ke rumah.
Tapi sayangnya, dampaknya ke mental dan finansial gak selalu seindah feed belanja haul. Lama-lama, kebiasaan impulsive buying bisa bikin kamu ngerasa bersalah, stres karena keuangan makin tipis, bahkan cemas tiap buka aplikasi rekening.
Menurut Journal of Consumer Research (2022), 62% orang merasa menyesal setelah impulsive buying, dan 34% di antaranya mengalami peningkatan kecemasan karena tekanan finansial setelahnya.
Artinya, meskipun keliatannya sepele dan sering dianggap “reward diri sendiri”, perilaku impulsive buying punya sisi gelap yang bisa memengaruhi mental health dan kestabilan dompet kita dalam jangka panjang.
Belanja Online Bisa Jadi Sebagai Pelarian Emosi?
Belanja itu gak selalu salah, tapi ketika jadi cara utama buat pelarian dari stres, kesepian, atau burnout, itulah yang bikin perilaku impulsive buying jadi tricky. Mungkin kamu juga pernah mikir:
-
“Pusing kerjaan, belanja dikit gapapa kali ya…”
-
“Lagi capek banget, pengen self-reward, mumpung diskon…”
Sekilas gak ada yang salah. Tapi kalau itu terus-terusan kejadian, bisa muncul masalah baru: keuangan makin sempit, dan mental malah makin berat karena rasa bersalah setelahnya.
Apa Itu Impulsive Buying dan Kenapa Kita Sering Kejebak?
Impulsive buying adalah kebiasaan belanja tanpa rencana, biasanya muncul karena dorongan sesaat. Bukan karena butuh, tapi karena pengen dan seringkali, itu dipicu emosi negatif. Beberapa penyebab umum impulsive buying:
-
Stres dan Kecemasan
Saat kamu lagi suntuk karena kerjaan numpuk, tugas gak kelar-kelar, atau masalah pribadi bikin otak kusut, belanja bisa terasa seperti “pelarian cepat”. Dopamin dari belanja kasih rasa senang sesaat, padahal gak menyelesaikan akar masalahnya. Makanya, tanpa sadar, kamu terus-terusan ngulang siklusnya.
-
Rasa Kesepian atau Bosan
Scroll e-commerce saat lagi sendirian tuh rasanya menenangkan. Liat-liat barang lucu, baca review, bikin wishlist dan ujung-ujungnya check out. Aktivitas ini ngasih ilusi “koneksi” atau “aktivitas”, padahal kamu mungkin cuma lagi craving interaksi nyata.
-
FOMO (Fear of Missing Out)
“Diskon cuma hari ini”, “limited stock”, “flash sale tinggal 10 menit lagi” kalimat-kalimat ini bisa nge-trigger otak buat ngambil keputusan cepat. FOMO bikin kamu takut nyesel kalau gak beli sekarang, meskipun sebenarnya gak butuh.
-
Pengen Instant Joy
Capek, lelah, dan hidup lagi berat? Solusi instannya: “beli sesuatu yang bisa bikin happy”. Nah, kebiasaan mencari kepuasan instan ini yang sering bikin kamu impulsif. Padahal, efeknya sering gak bertahan lama dan justru bisa nyesel setelahnya.
-
Algoritma yang Terlalu Canggih
Sekarang, algoritma e-commerce dan iklan digital tahu banget selera kamu. Produk yang kamu cari kemarin, tiba-tiba muncul lagi dengan harga diskon. Bahkan sebelum kamu sadar pengen barang itu, platform-nya udah “ngasih ide”. Inilah kenapa impulsive buying makin susah dikendalikan.
Dampak Psikologis dari Belanja Impulsif yang Sering Dianggap Sepele
Meskipun terasa menyenangkan di awal, impulsive buying sering meninggalkan jejak yang gak enak di belakang. Beberapa efek psikologis yang bisa muncul:
-
Rasa Bersalah Setelah Belanja
Banyak orang mengalami guilty feeling setelah beli sesuatu yang gak direncanakan, apalagi kalau sadar uangnya bisa dipakai untuk kebutuhan penting. Rasa bersalah ini bisa bikin mood makin buruk padahal tadi belanja niatnya biar happy.
-
Overthinking Soal Tagihan
Kartu kredit udah limit, e-wallet kosong, tapi barang belum nyampe? Belanja impulsif sering bikin kamu pusing sendiri karena gak ngitung dulu sebelum beli. Ujung-ujungnya, kamu mikirin cara nutupin kekurangan dan stres karena uang gak cukup.
-
Kecemasan Berulang
Perasaan gak mampu ngontrol diri saat belanja bisa bikin kamu ngerasa gak berdaya. Ini bisa berdampak ke rasa percaya diri dan bahkan bikin kamu cemas terus tiap buka aplikasi keuangan.
-
Menurunnya Self-Control
Kalau kebiasaan ini dibiarkan, kamu bisa ngerasa makin sulit buat disiplin dalam hal lain. Impulsive buying yang berulang jadi semacam kebiasaan “ngemil keuangan” yang susah dihentikan.
Gimana Cara Mengendalikan Impulsive Buying Biar Mental Gak Tambah Capek?
Kalau kamu ngerasa mulai kebablasan, coba beberapa cara ini buat kontrol diri sendiri:
-
Ubah “Self-Reward” Jadi “Self-Care” yang Real
Daripada reward diri dengan belanja barang, coba ganti dengan aktivitas yang beneran ngasih dampak positif ke mental kamu. Bisa dengan nonton film favorit, journaling, jalan sore tanpa HP, atau sekadar deep talk bareng teman. Ini bukan cuma lebih murah, tapi lebih healing.
-
Buat “Budget Emosi” Bulanan
Kamu bisa alokasikan dana kecil khusus buat pengeluaran impulsif. Misal: maksimal Rp150.000 per bulan buat self-reward. Kalau udah habis, berarti cukup sampai bulan depan. Ini ngajarin kamu buat tetap mindful dalam kasih “hadiah” ke diri sendiri.
-
Latih Kesadaran Lewat Catatan Belanja Emosional
Bikin habit baru: setiap kali belanja impulsif, tulis alasannya. Lagi stres? Lagi bosan? Lagi sendirian? Lama-lama kamu akan ngerti polanya dan lebih siap nge-handle saat trigger itu muncul lagi.
-
Declutter Digital dari Trigger Belanja
Unfollow akun-akun yang sering post rekomendasi barang lucu, mute notifikasi dari e-commerce, dan hapus shortcut aplikasi belanja dari layar utama HP. Ini simpel tapi powerful banget buat ngurangin godaan impulsif buying.
-
Bikin Challenge “No Buy”
Coba tantang diri sendiri buat gak belanja non-kebutuhan selama 7 hari, 14 hari, atau bahkan sebulan. Share progress kamu di media sosial biar ada teman yang bisa dukung. Siapa tau kamu malah jadi inspirasi!
Kalau impulsive buying bisa bikin kamu merasa aman sesaat, proteksi yang tepat bisa kasih rasa tenang jangka panjang.
Saatnya Beri Diri Sendiri Perlindungan Tanpa Beban!
Karena kenyataannya, kejadian tak terduga kayak sakit atau kecelakaan gak bisa “dihapus dari keranjang”. Gak bisa dicicil juga. Tapi kamu bisa siapin antisipasi dengan proteksi yang ringan, tapi punya dampak besar, salah satunya lewat Jaga Jiwa Xtra produk dari JAGADIRI.
Daripada uangnya habis buat hal-hal yang cuma bikin senang sesaat, kenapa gak mulai investasi kecil untuk proteksi yang nyata? Karena kita gak pernah tahu apa yang akan terjadi besok, risiko bisa datang kapan aja, termasuk hal-hal yang gak kita harapkan.
Dengan premi mulai dari Rp132 ribu per bulan, kamu bisa dapetin:
-
Santunan meninggal dunia akibat kecelakaan
-
Pengembalian premi hingga 110%* kalau gak ada klaim selama masa pertanggungan
-
Bonus seru tiap bulan berupa gratis nonton atau belanja (S&K berlaku)
Jadi, yuk mulai proteksi dirimu dari sekarang. Gak harus mahal, tapi berdampak besar. Cari tahu lebih lanjut soal manfaat lengkap Jaga Jiwa Xtra dan cek estimasi preminya langsung di sini!
