

Diabetes sekarang bukan lagi dianggap penyakit usia lanjut. Faktanya, semakin banyak anak muda usia 20–35 tahun yang sudah terdiagnosis diabetes tipe 2. Bukan semata karena faktor genetik, tapi gaya hidup cepat dan serba praktis ikut berperan besar. Mulai dari sarapan kopi susu manis setiap pagi, makan siang yang didominasi nasi porsi besar, ngemil boba sambil kerja, hingga begadang hampir setiap malam, semua ini perlahan memberi beban pada tubuh tanpa disadari.
Masalahnya, banyak anak muda tidak menyadari gejala awal diabetes. Ketika tubuh mulai memberi sinyal, sering kali dianggap hal biasa seperti “kurang tidur” atau “kecapekan kerja”. Alhasil, baru diperiksa ketika kondisinya sudah cukup berat dan membutuhkan penanganan medis yang tidak murah. Padahal, edukasi sejak dini bisa membantu mencegah kondisi kronis dan menjaga kesehatan tetap stabil dalam jangka panjang.
Agar lebih peka terhadap kondisi tubuh sendiri, yuk mulai kenali gejala, penyebab, hingga cara mencegah diabetes di usia muda.
Ciri-Ciri Diabetes di Usia Muda yang Sering Diabaikan
Beberapa tanda awal diabetes sebenarnya cukup mudah dikenali, tapi sering kali tidak dianggap serius. Berikut beberapa ciri umum yang patut diperhatikan:
-
Cepat haus dan lapar meski sudah makan atau minum
Tubuh terasa ingin ngemil terus? Bisa jadi kadar gula dalam darah tidak terkontrol, sehingga tubuh sulit mengubah gula menjadi energi. Akibatnya, otak mengirim sinyal lapar dan haus berlebihan sebagai bentuk kompensasi.
-
Berat badan turun tanpa sebab yang jelas
Banyak yang senang ketika berat badan tiba-tiba turun, padahal bisa jadi tubuh kehilangan massa otot karena gula tidak bisa diserap dengan baik dan akhirnya terbakar sebagai energi cadangan.
-
Penglihatan mendadak kabur
Jika mata sering blur, terutama setelah makan manis, bisa jadi kadar gula darah sedang tinggi dan memengaruhi cairan di lensa mata.
-
Luka butuh waktu lama untuk sembuh
Goresan kecil yang biasanya sembuh dalam hitungan hari bisa berubah jadi berminggu-minggu. Ini karena aliran darah dan sistem imun bekerja lebih lambat ketika gula darah tidak stabil.
-
Sering buang air kecil, terutama di malam hari
Jika dalam semalam harus ke kamar mandi lebih dari 2–3 kali, bisa jadi ginjal sedang bekerja keras membuang kelebihan gula dari tubuh.
-
Mudah lelah dan sulit fokus
Meski sudah tidur cukup, tubuh tetap terasa lemas dan sulit berkonsentrasi. Ini biasanya terjadi karena energi tidak tersalurkan dengan baik ke sel tubuh.
Penyebab Diabetes di Usia Produktif
-
Konsumsi minuman manis dan dessert secara rutin
Anak muda zaman sekarang mungkin jarang makan gula pasir langsung, tapi gula hadir dalam bentuk lain seperti boba, kopi susu, thai tea, atau dessert manis. Masalahnya, minuman seperti ini sering diminum sehari sekali atau bahkan lebih.
Jika dikumpulkan, kandungan gulanya bisa melebihi batas harian tubuh. Kelebihan gula ini membuat tubuh bekerja lebih keras memproduksinya menjadi energi, dan lama-kelamaan sensitivitas insulin pun menurun, inilah awal dari gangguan pengaturan gula darah.
-
Begadang atau kurang tidur
Sering begadang karena kerja, tugas, atau sekadar scrolling media sosial? Kebiasaan ini membuat tubuh kekurangan waktu pemulihan. Saat tidur tidak cukup, hormon yang mengatur lapar dan kenyang bisa terganggu.
Akibatnya, tubuh lebih sering ingin ngemil tengah malam atau craving makanan manis. Selain itu, kurang tidur juga meningkatkan hormon stres yang membuat gula darah lebih mudah naik meski tidak makan banyak.
-
Tekanan kerja atau akademik
Stres tidak selalu terlihat dari tubuh yang lemas atau wajah murung, kadang ditutupi dengan kalimat “masih aman kok”. Padahal, tubuh yang terus-menerus berada dalam mode stres akan memproduksi kortisol lebih tinggi.
Hormon ini secara alami menaikkan kadar gula darah agar tubuh punya energi cadangan, tapi jika terjadi terus menerus, lama-lama level gula darah jadi tidak stabil. Inilah kenapa stres emosional bisa berdampak pada kesehatan fisik.
-
Pola makan tinggi karbohidrat dan rendah serat
Nasi putih, mie instan, roti tawar, gorengan, gampang bikin kenyang tapi cepat bikin lapar lagi. Makanan seperti ini cepat meningkatkan gula darah karena mudah dicerna. Tanpa keseimbangan sayur atau protein, pankreas akan terus dipaksa memproduksi insulin lebih banyak. Jika berlangsung bertahun-tahun, lama-lama tubuh tidak lagi merespons insulin dengan baik.
-
Faktor keturunan atau riwayat keluarga
Genetik memang bisa meningkatkan risiko diabetes, tapi bukan berarti pasti terkena. Seseorang yang memiliki riwayat keluarga perlu lebih waspada dalam menjaga pola hidup. Dengan pola makan baik, olahraga rutin, dan pemeriksaan berkala, risiko tetap bisa ditekan serendah mungkin. Gen adalah potensi, tapi gaya hidup tetap penentunya.
-
Kurangnya aktivitas fisik
Banyak pekerjaan saat ini membuat tubuh lebih sering duduk daripada bergerak. Padahal, otot adalah bagian tubuh yang paling efektif menggunakan gula sebagai energi. Tanpa aktivitas fisik, gula darah cenderung mengendap dan menumpuk. Aktivitas ringan seperti jalan kaki setelah makan bisa membantu tubuh mengolah gula lebih baik daripada hanya duduk terus menerus.
Cara Menghadapi dan Mencegah Diabetes di Usia Muda
-
Batasi konsumsi gula tambahan secara bertahap
Tidak perlu langsung berhenti total, tapi bisa dimulai dengan mengurangi kebiasaan minum manis setiap hari. Misalnya dari kopi susu jadi kopi tanpa gula seminggu sekali, atau dari boba jadi infused water. Tubuh akan beradaptasi perlahan, dan lidah pun lama-kelamaan jadi lebih sensitif terhadap rasa alami.
-
Perbaiki pola tidur dengan jadwal yang konsisten
Tidur cukup 6–7 jam bukan hanya soal istirahat, tapi juga menjaga keseimbangan hormon tubuh. Tidur yang baik membantu insulin bekerja lebih optimal dan membuat tubuh tidak craving makanan manis berlebihan. Jika sulit tidur awal, bisa coba batasi screen time satu jam sebelum tidur.
-
Rutin bergerak meski tidak olahraga berat
Tidak semua orang suka gym dan itu wajar. Aktivitas ringan seperti jalan kaki 10 menit setelah makan, naik tangga, atau peregangan saat kerja sudah sangat membantu tubuh mengolah gula darah. Yang penting konsisten dan tidak membiarkan tubuh diam terlalu lama.
-
Perbaiki pola makan dengan komposisi seimbang
Mulai dari langkah kecil, seperti menambah sayuran di setiap porsi makan, memilih protein (telur, ikan, tempe), dan mengurangi karbohidrat berlebih secara perlahan. Bukan soal diet ketat, tapi lebih ke mengatur agar tubuh kenyang lebih lama dengan nutrisi yang lebih stabil.
-
Cek kondisi tubuh jika gejala mulai sering muncul
Pemeriksaan gula darah tidak harus menunggu sakit. Banyak klinik menyediakan cek kesehatan dasar dengan harga terjangkau. Dengan mengetahui kondisi tubuh lebih dini, langkah pencegahan bisa dilakukan lebih cepat sebelum kondisi berkembang lebih jauh.
-
Siapkan proteksi kesehatan sebagai cadangan finansial
Mencegah tetap lebih baik daripada mengobati, tapi memiliki proteksi kesehatan membuat hidup lebih tenang jika sesuatu terjadi di luar rencana. Dengan asuransi kesehatan tambahan, kamu tidak perlu takut tabungan terkuras hanya karena satu kali pengobatan.
Proteksi Kesehatan untuk Jaga Diri dan Keluarga
Di tengah gaya hidup cepat seperti sekarang, menjaga kesehatan tidak cukup hanya dengan pola hidup baik, perlu ada perlindungan tambahan untuk situasi tak terduga. Salah satu opsi proteksi yang fleksibel adalah Jaga Sehat Pilihanku dari JAGADIRI.
Dengan premi mulai dari Rp12 ribu per bulan, kamu bisa mendapatkan perlindungan lengkap seperti:
-
Plan Silver — Santunan harian rawat inap akibat sakit atau kecelakaan
-
Plan Gold — Santunan rawat inap + santunan pembedahan
-
Plan Platinum — Perlindungan paling lengkap termasuk rawat jalan
Proteksi ini membantu kamu tetap tenang jika suatu hari butuh perawatan mendadak. Tidak perlu panik soal biaya, karena kamu sudah menyiapkan cadangan proteksi secara bijak.
Kalau kamu sedang mulai serius menjaga kesehatan dan ingin tetap produktif tanpa takut pengeluaran mendadak, Jaga Sehat Pilihanku bisa jadi pilihan cerdas untuk melindungi kamu dan keluarga. Yuk, cek estimasi premi di sini!