Finfluencer vs Konsultan Keuangan, Mana yang Lebih Bisa Dipercaya?

27 Oct 2025
Finfluencer vs Konsultan Keuangan, Mana yang Lebih Bisa Dipercaya?
Finfluencer vs Konsultan Keuangan, Mana yang Lebih Bisa Dipercaya?

Di era digital sekarang, belajar soal finansial nggak harus dari seminar formal atau buku tebal. Cukup buka TikTok, Instagram, atau YouTube, konten soal nabung 1 juta per minggu, cara beli rumah sebelum umur 30, atau rahasia “cuan dari investasi” langsung berseliweran. Dan menariknya, sebagian besar edukasi finansial itu datang dari finfluencer alias financial influencer.

Banyak anak muda yang lebih percaya finfluencer dibanding konsultan keuangan profesional. Alasannya simpel: penyampaiannya relatable, bahasanya gampang dicerna, dan kadang diselipin humor. Tapi di balik FOMO (fear of missing out) dan semangat biar “nabungku produktif”, ada satu hal yang perlu kamu waspadai: nggak semua tips finansial cocok buat semua orang.

Nah, biar nggak asal ikut tren, yuk bahas lebih dalam. Finfluencer itu sebenarnya aman diikuti atau justru bikin kantong jebol pelan-pelan? Mana yang lebih bisa dipercaya, finfluencer atau konsultan keuangan?

Kenapa Banyak Anak Muda Lebih Percaya Finfluencer?

Bukan tanpa alasan finfluencer bisa jadi “guru finansial” versi media sosial. Berikut beberapa penyebab utamanya:

  1. Bahasanya relatable dan nggak bikin minder

Konsultan keuangan sering pakai istilah teknis seperti “diversifikasi portofolio” atau “imbal hasil tahunan”, yang kedengarannya kaku dan formal. Finfluencer sebaliknya, pakai gaya ngobrol: “Daripada jajan boba tiap hari, mending kamu auto transfer 20 ribu ke tabungan investasi”. Bahasa yang sederhana bikin edukasi finansial terasa ringan, bukan hal yang cuma bisa dipahami ‘orang kantoran serius’.

  1. Kontennya pendek, visual, dan gampang diingat

Video 60 detik tentang “cara nabung 1 juta per minggu dengan gaji UMR” terasa jauh lebih menarik dibanding baca artikel panjang atau ikut seminar 3 jam. Format snackable content bikin anak muda merasa belajar finansial itu nggak sesulit yang dibayangkan.

  1. Dianggap teman, bukan orang yang ‘menggurui’

Banyak finfluencer sharing perjalanan pribadi: dari dulu boncos keuangan sampai akhirnya bisa bangkit. Cerita seperti itu bikin followers merasa “dia relate sama kondisi gue”, bukan “dia cuma mau jualan produk keuangan”. Sense of trust terbentuk karena mereka terlihat seperti teman sebaya, bukan penasehat dari dunia lain.

  1. Gratis dan bisa diakses kapan aja

Konsultasi keuangan profesional kadang butuh biaya atau janji temu formal. Sedangkan edukasi dari finfluencer? Tinggal scroll sebelum tidur atau saat lagi commuting. Praktis dan fleksibel, cocok dengan ritme hidup Gen Z dan milenial.

Finfluencer vs Konsultan Keuangan: Harus Ikutin yang Mana?

Finfluencer dan konsultan keuangan sebenarnya bukan kompetitor. Keduanya punya peran masing-masing. Yang penting adalah tahu kapan harus percaya konten, kapan harus konsultasi secara khusus.

  1. Finfluencer cocok untuk inspirasi dan edukasi awal

Kalau kamu masih di tahap “gue pengen mulai beresin keuangan tapi nggak tau dari mana”, konten finfluencer bisa jadi starter pack yang pas. Mereka bantu kamu ngerti konsep dasar: apa itu dana darurat, pentingnya asuransi, cara mulai investasi pelan-pelan. Tapi ingat ini baru tahap pemahaman, bukan pengambilan keputusan final.

  1. Konsultan keuangan dibutuhkan ketika kamu butuh saran berbasis kondisi pribadi

Setiap orang punya situasi finansial berbeda. Ada yang masih single dan bebas ngatur uang sendiri, ada yang sudah nikah dan punya tanggungan, ada yang penghasilannya nggak tetap karena freelance. Konsultan bisa bantu hitung risiko, bikin porsi dana yang ideal, dan pilih produk finansial yang benar-benar cocok tanpa sekadar ikut tren.

  1. Finfluencer bisa jadi referensi, tapi jangan dijadikan satu-satunya patokan

Boleh banget ambil insight dari berbagai finfluencer, tapi jangan langsung eksekusi mentah-mentah. Kalau kontennya ajak “investasi agresif biar cepat kaya”, cek dulu: apakah kamu sudah punya proteksi dasar? Kalau ajakan nabung besar-besaran tapi kamu masih struggle dengan cicilan bulanan, mungkin strateginya perlu disesuaikan.

  1. Konsultan keuangan biasanya punya tanggung jawab legal, finfluencer belum tentu

Konsultan resmi biasanya punya sertifikasi dan izin profesi, jadi mereka terikat aturan dalam memberi rekomendasi. Finfluencer? Ada yang profesional, tapi ada juga yang sekadar berbagi opini. Karena itu, tanggung jawab tetap di tangan kamu sebagai pengambil keputusan.

Risiko Kalau Kita Ikutin Saran Finfluencer Tanpa Pertimbangan

Ikut tips viral tanpa mikir dulu bisa jadi boomerang.

  1. Strategi yang cocok di konten belum tentu cocok di kondisi nyata. Ada yang ngajak investasi agresif padahal kamu belum punya dana darurat. Ada juga yang promosi instrumen berisiko tinggi tanpa jelasin konsekuensinya.

  2. FOMO bisa bikin kamu nekat. Lihat orang lain upload “portofolio cuan”, langsung pengen ikut. Padahal kamu nggak tahu seberapa besar risiko yang mereka tanggung.

  3. Yang dipamerin cuma hasil, bukan proses. Banyak orang cuma upload “uangnya sudah berkembang”, tapi nggak bilang kalau sebelumnya pernah rugi juga.

Dan yang paling bahaya: lupa proteksi diri. Fokus ngejar keuntungan, tapi nggak punya perlindungan kalau tiba-tiba sakit atau kecelakaan. Uang investasi bisa ludes cuma buat biaya rumah sakit.

Sebelum Ikutin Tips dari Finfluencer, Pastikan Pondasi Finansial Kamu Kokoh

Sebelum mulai mikir “gimana cara cepet jadi kaya”, tanya dulu: kalau tiba-tiba aku sakit atau kehilangan penghasilan, apakah aku siap secara finansial?

  1. Punya dana darurat dulu minimal 3–6 bulan pengeluaran. Jangan kebalik, investasi dulu baru mikir cadangan.

  2. Pastikan ada proteksi kesehatan atau jiwa. Karena risiko hidup itu bukan kalau, tapi kapan. Proteksi bukan tanda pesimis, tapi tanda kamu realistis.

Dan kalau kamu butuh proteksi yang ringan tapi manfaatnya terasa nyata, kamu bisa pertimbangkan Jaga Jiwa Xtra dari JAGADIRI. Dengan premi mulai dari Rp132 ribu per bulan, kamu sudah punya perlindungan jiwa dengan santunan meninggal dunia, plus ada pengembalian premi hingga 110%* jika tidak ada klaim selama 7 tahun. Artinya, kamu tetap terlindungi, dan danamu pun tetap punya potensi kembali di akhir periode.

Belajar finansial dari finfluencer itu bagus untuk membuka wawasan, tapi keputusan finansial yang aman dan bijak tetap ada di tangan kamu sendiri. Kalau pondasi proteksi sudah kuat, baru deh bebas eksplorasi investasi dan tren finansial lainnya. Yuk, kepoin manfaat Jaga Jiwa Xtra di sini!